Selasa, 19 Februari 2008

Kamu dan Aku

"Sam, siapa yang terbunuh?" teriak Ande kencang dari kejauhan.
"Sepertinya Habs karena tadi dia yang meminta ijin kepadaku untuk masuk terlebih dahulu", Sam berusaha menjawab pertanyaan Ande dengan suara datar meski dia begitu resah dan kalut sesaat mengetahui terjadi pembunuhan didalam ruang itu.

Ande menarik nafas sesaat dan kembali berputar-putar diluar ruangan, berusaha untuk menenangkan dirinya seperti yang sudah dia lakukan sejak beberapa jam yang lalu. Ande selalu melakukan hal itu apabila dia dan teman-teman lainnya sepakat untuk melakukan penyerangan. Kembali kepalanya ditengadahkan dan matanya ditujukan kedalam ruangan melalui jendela yang sengaja dibuka lebar oleh pemilik rumah. Ruangan tersebut penuh sesak, banyak sekali orang berada didalam ruang tersebut, semuanya masih berpakaian rapi, bau harum tercium dari tubuh para tamu yang sengaja kembali menyemprotkan wewangian karena mereka semua sadar bahwa acara yang diadakan setelah jam kantor selesai mengharuskan mereka untuk merapikan diri kembali setelah seharian penuh berkutat dengan pekerjaan masing-masing.

Beberapa terlihat menghisap rokoknya dalam-dalam, menikmati setiap hisapan asap yang segera memenuhi ruang dalam paru-paru mereka. Setiap hisapan memiliki arti sendiri bagi setiap orangnya. Ida tahu persis bahwa ini adalah hisapan dari batang rokok ke tujuh yang sudah dia nyalakan sejak pagi tadi. Asap rokok yang dihisapnya sedikit banyak telah memberikan rasa nyaman atas rasa ketidak nyamanan yang tengah dia rasakan didalam hatinya. Kegalauan ini sudah dia rasakan sejak seminggu yang lalu ketika dia salah mengirim pesan singkat yang seharusnya dia kirim kepada Mard, kekasihnya selama tujuh bulan terakhir, yang justru terkirim kepada Tar istri Mard. Sampai saat ini memang belum ada reaksi keras dari Tar tetapi dari permintaan Mard dia tahu bahwa sesuatu telah terjadi karena Mard telah meminta Ida untuk tidak menghubunginya selama satu bulan ini.


Tidak seperti yang dirasakan oleh Paf, hisapan rokok yang dilakukannya secara perlahan-lahan justru merupakan bentuk dari rasa gembira yang tengah dinikmatinya sejak tadi siang. Karna, penyelia barunya telah menunjuk dia sebagai kepala proyek pembangunan pasar berlantai lima yang akan dimulai beberapa minggu lagi. Paf berhasil menggantikan Bob yang saat ini terpaksa beristirahat dirumah sejak serangan jantung yang dialaminya dua minggu yang lalu.


Ande mengetahui dengan pasti bahwa setiap hisapan yang dilakukan oleh para perokok diruang tersebut memiliki arti yang berlainan bagi masing-masingnya. Seperti juga saat ini bagi dirinya, dia sangat ingin sekali merokok, menikmati dalam-dalam setiap hisapan asap rokok yang dapat mengurangi ketegangannya, mengendurkan otot-ototnya yang mengencang dan menenangkan degup jantungnya yang sedari tadi berdetak sangat kencang. Tapi sayang hal ini sangat mustahil untuk dilakukan. Tidak mungkin baginya untuk merokok apalagi menghisap dalam-dalam asap rokok beserta seluruh kenikmatannya. Ande hanya dapat menatap lurus kedalam ruangan itu tanpa dapat berbuat apa-apa. Dia hanya dapat memperhatikan betapa ruang tersebut memang penuh sesak, penuh asap rokok, penuh tawa dan canda dari tetamu yang ingin menikmati malam itu, penuh dengan perdebatan sengit antar mereka yang mempermasalahkan masalah kenaikan tarif jalan tol, penuh dengan makanan yang tidak habis-habisnya meski mereka yang ada dalam ruang tersebut juga tidak henti-hentinya menghabiskan setiap makanan yang dihidangkan. Ande hanya dapat menatap kosong, sekosong perasaannya ketika mengetahui Habs tewas didalam.


Sam bergegas mendekati Ande, kali ini dia tidak sendiri, dibelakangnya tampak segerombolan menemaninya mendekati Ande. Sesaat Ande sadar, kedatangan Sam dan teman-temannya merupakan puncak dari kekesalan mereka atas perilaku orang-orang yang berada didalam ruang itu selama ini.

Aku sudah tidak dapat lagi membiarkan ini terjadi begitu saja, sudah terlalu banyak yang terbunuh didalam sana”, Sam menyampaikan pendapatnya setenang mungkin meski Ande tahu bahwa ia sangat emosi.


Apakah sudah kau pikirkan masak-masak, kita bukan lawan mereka, kita tidak sebanding dengan mereka, begitu kau dan yang lainnya masuk kedalam sana pasti akan semakin banyak korban berjatuhan”, Ande berusaha menenangkan Sam semampunya. Dia sadar bahwa dia tidak boleh terbawa emosi seperti yang tengah dirasakan oleh Sam dan teman-temannya.


Sudah lama Ande berusaha untuk menggantikan kedudukan ayahnya yang juga tewas didalam ruangan itu. Dia selalu berusaha sekuat mungkin untuk menggunakan kepala dinginnya setiap kali menghadapi suasana seperti ini. Pesan terakhir yang didengarnya sesaat sebelum ayahnya meninggal adalah bahwa setiap musuh harus dihadapi satu lawan satu. Berulang kali ayahnya selalu mengatakan hal tersebut kepada seluruh anggotanya. Keberanian dan pengorbanan mutlak dimiliki ketika kita menghadapi sendiri musuh disaat musuh juga menghadapi kita sendirian. Sebaik apapun strategi yang disusun dan diterapkan oleh masing-masing pemimpin namun begitu jumlah musuh yang kita hadapi ternyata lebih banyak, kita semua harus mundur, itu bukan tandingan. Tubuh kita semua lebih kecil dibandingkan lawan disana. Meski tubuh mereka lebih besar dan tidak segesit kita, tetap saja kita lebih sering terkalahkan, tersabet, terpelanting, tertindih senjata-senjata besar yang menamatkan riwayat kita semua. Apalagi saat ini senjata musuh sudah sangat banyak dan semakin moderen. Mereka mulai menggunakan obat-obat kimia untuk melawan kita semua. Etika peperangan saat ini memang sudah sangat berubah, persenjataan keras justru sudah sangat jarang dipergunakan oleh musuh, mereka lebih senang menggunakan bahan kimia seperti yang banyak diberitakan oleh media-media masa saat ini.


Prinsip satu lawan satu sudah ditinggalkan. Meski dari pihak kita hanya satu, mereka yang saat itu tengah berkumpul didalam ruangan akan serentak bergerak, mempersenjatai masing-masing dengan alat apapun yang ada disekitar mereka, hiruk pikuk mencoba membinasakan pihak kita. Perseteruan saat ini memang sudah tidak sejantan masa lalu. Apapun dilakukan oleh pihak mereka secara bergerombol, berkelompok mengeroyok pihak kita secara tidak berimbang. Segala cara dilakukan, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dianggapnya sebagai kemajuan teknologi yang luar biasa. Mereka lupa bahwa tanah, tumbuhan, air dan udara yang berada disekitarnya tidak dapat sepenuhnya menerima seluruh perubahan teknologi itu. Mereka lupa justru bahan kimia yang selama ini mereka pergunakan yang akan merusak semua, merusak kehidupan yang ada dan pada akhirnya akan menghilangkan kehidupan mereka sendiri.

Ande kembali terdiam, semua yang disampaikan oleh ayahnya seolah-olah baru saja kembali terdengar ditelinganya. Semuanya memang sudah berubah, sejak dulu orang-orang itu memang bukan lawan mereka, tetapi saat itu korban tidak sebanyak saat ini. Pihak lawan masih bersikap jantan, melawan pihaknya satu lawan satu dengan persenjataan yang cukup besar untuk dapat mereka lihat dan mereka hindari. Tapi saat ini, hanya dengan sekali semburan bahan kimia dan tewaslah teman-teman tersayang dari pihaknya.


Bagaimana, apakah kau setuju?” Sam mendesaknya kembali tanpa memberi kesempatan kepada Ande untuk menjawab pertanyaannya “Maafkan aku Ande, tapi ini sudah keterlaluan, Habs adalah andalan kita, lagi pula teman-teman sudah mulai kelaparan, kita harus segera bertindak. Saat ini aku terpaksa tidak dapat menghormatimu sebagai pemimpin kami. Aku dan teman-teman harus maju memasuki ruang itu. Kami akan menyebar sehingga mereka tidak akan sadar akan kehadiran kami disana. Tunggulah kau disini, biar kami yang bertindak. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan ku, tolong sampaikan kepada yang lain, perjuangan jangan pernah dihentikan, hanya inilah satu-satunya tempat dan sumber makanan kita”.

Seketika Sam dan teman-teman meninggalkan Ande sendiri, mereka maju dengan kencang dan menyebar ketika sampai didepan pintu masuk. Dengan posisi yang sama Ande hanya dapat melihat sedih, dia tahu itulah saat terakhir dia dapat melihat Sam. Matanya yang mulai buram mengaburkan pandangannya untuk secara jernih melihat apa yang terjadi didalam. Lama berdiri ditempat yang sama, sadar bahwa Sam dan yang lainnya tidak akan mungkin kembali akhirnya secara perlahan dan sembunyi-sembunyi dia berusaha mendekati ruang tersebut. Tidak ada keinginannya untuk membalaskan dendam mereka, tidak ada keinginannya untuk mendapatkan makanan bagi perutnya yang kosong sejak kemarin. Hanya satu yang sangat dia inginkan saat itu, mencari dan melihat jasad Habs, sahabatnya yang paling setia selama ini, sahabat yang memberinya saat berlebih dan tidak meninggalkannya saat dia jatuh. Sahabat yang dengan setia menemaninya, tidak meninggalkannya sendiri ketika semua termasuk Sam mencaci dan meninggalkannya saat dia melakukan suatu kesalahan lama sebelum kejadian malam ini.


Disisirnya seluruh jendela kaca satu persatu, harapannya tipis untuk dapat menemukan jasad Habs, semua tampak bersih, licin tidak ada tanda-tanda apapun. Orang-orang didalam tetap sibuk dengan tingkahnya masing-masing. Perasaan kecewa dan sedih semakin menyelimuti dirinya tapi tidak menghentikannya untuk mencari Habs. Perlahan dia perhatikan setiap jengkal kaca jendela dengan teliti dan ketika Ande sampai pada jendela terakhir diujung ruang yang bersebelahan dengan dinding pembatas .… noda hitam yang nampak dari jauh olehnya melekat pada dinding kaca akhirnya terlihat dengan jelas, itulah jasad Habs, menempel mengenaskan berlumuran darah.


Kita memang bukan lawan mereka, keluh Ande dalam hati, kita bukan lawan yang setara, kita diciptakan berlainan untuk hidup berdampingan dan saling melengkapi, seharusnya kita tidak bermusuhan, tidak saling membunuh karena skenario Nya lah kita diciptakan untuk hidup bersama. Kita memang lain, karena kamu adalah manusia dan aku adalah nyamuk….

Tidak ada komentar: